Kamis, 02 Februari 2017

Kenapa Semua Orang Merasa Bisa Mendesain?



Jikalau Anda adalah seorang dokter gigi, apakah Anda berani mengajarkan cara mencabut gigi yang baik kepada dokter lainnya ataupun kepada orang lain? Mungkin saja, jikalau dulunya Anda adalah dokter gigi dan paham dibidang ini.

Tapi, jikalau tidak? Lantas kenapa banyak orang yang mengajarkan cara mendesain kepada desainer grafis? Inilah letak permasalahannya dimana saat ini banyak orang mengganggap desain grafis hanyalah pekerjaan 'ecek-ecek' yang membutuhkan pemahaman software gratis tanpa adanya ide dan konsep dalam menyampaikan pesan.


Contoh kasus, "Ini kayanya kurang cocok warannya, ganti yang lain saja" atau "Fontnya terlalu besar, bikin bosan dan penuh gambarnya. Bagusnya pakai yang biasa atau yang elegant, biar lebih cantik!"

Jika Anda bergelut dibidang desain grafis atau jasa pembuatan company profile pastinya sering mendengar komentar-komentar seperti itu dari orang atau bahkan dari client yang menyewa jasa Anda. Sayangnya, komentar seperti ini bukanlah muncul dari orang yang paham dan emngerti desain grafis, melainkan dari mereka orang awam yang hanya mengerti akan visual saja, tanpa menelusuri konsep dan ide dibalik itu semuanya.



Kenapa Hal Itu Bisa Terjadi?

Setiap orang mempunyai selera masing-masing terhadap objek apapun yang dilihatnya. 100 orang bisa menimbulkan 100 pendapat yang berbeda terhadap suatu objek. Ini disebut pertimbangan estetis, dimana selera disandarkan kepada apa yang menurutnya bagus, cantik dan menarik.

Ini tentu saja relatif dan bersifat subjektif. Inilah sebabnya banyak orang yang "mengajarkan" desainer tentang apa itu bagus, cantik, dan menarik. Karena mereka merasa yakin, apa yang menurutnya bagus, pasti akan bagus menurut orang lain.

Ya, meskipun tidak bisa dipungkiri, terkadang selera non-designer kadang lebih bagus dari pada selera designer itu sendiri. Tapi seringkali selera non-designer sangatlah buruk dan tidak adanya seni artistik dan hanya sebuah keinginan semata yang tidak berdasarkan akan seni.

Solusinya?

Untuk mengatasi permasalahan ini, desainer harus paham dan mampu menjelaskan apa itu desain grafis kepada non-designer. Terlebih kepada klien, desainer harus punya alasan untuk setiap elemen grafis yang dibubuhkan pada setiap desain, baik itu warna, tekstur, bentuk, pattern, hingga pencampuran warna antara yang satu dengan yang lainnya.

Hal ini akan membuat mereka paham bahwasanya desainer bekerja berdasarkan tehnik dan metode tertentu dalam menyampaikan pesan secara visual, dan bukan sekedar asal meletakkan elemen grafis pada sebuah karya desain.



Jadi, kesimpulannya, tidak semua orang bisa mendesain sebuah grafis dengan baik. Kembali lagi kepemahaman, karena bagi mereka yag non-designer, sebuah visual akan bagus jika enak dipandang, tapi bagi mereka yang berprofesi sebagai desain grafis, sebuah visual tidak semua harus sempurna asalkan bisa menyampaikan pesan kepada yang melihat dan memiliki unsur seni di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar