Senin, 30 Januari 2017

Klasik! Inilah Aliran Desain Grafis Pada Abad Ke-18



Sejak era Victoria atau memasuki abad ke-18 hingga sekarang, desain grafis telah berfungsi melayani bermacam kebutuhan di sektor ekonomi dan budaya, oleh sebab itu gaya desain grafis berkembang beraneka ragam pula.

Dari abad itu sampai saat ini desain grafis masih berkembang dan menjadi media yang mempengaruhi perkembangan budaya dan seni. Dari mulai abad ke-18, desain grafis sudah berkembang sangat pesat dengan banyak sekali aliran grafis yang klasik, unik bahkan termasuk luar biasa pada jamannya.


Kami sudah rangkum dalam artikel ini beberapa aliran desain grafis yang berkembang pada abad ke-18. Aliran-aliran ini cukup menarik jika diterapkan di era modern saat ini, karena masih memiliki nilai seni yang luar biasa. Dilansir situs jasa pembuatan company profile, berikut ulasannya!

1. Victorian

Gaya desain grafis Victorian berkembang di Amerika, Inggris dan sebagian besar benua Eropa sejak tahun 1820-an hingga tahun 1900. Gaya ini muncul karena reaksi seniman atas akibat yang ditimbulkan oleh revolusi industri. Memang di lain pihak, revolusi industri di Inggris mendatangkan berkah namun juga memunculkan akibat meningkatnya kriminalitas, urbanisasi dan orang kaya baru (kaum borjuis/borgeouis). Mereka kemudian mencari gaya dari masa lalu dengan membandingkan pada seni dan arsitektur jaman Gothic.

Setelah peristiwa Pameran Raya tahun 1851, masyarakat semakin berminat pada ornamentasi bentuk-bentuk bersejarah. Selera masyarakat beranggapan bahwa bentuk-bentuk yang cenderung gemuk akan menimbulkan efek yang menyenangkan mata.

Para perancang grafis masa ini menolak standar tipografi Renaissance dengan cara menciptakan poster yang justru merusak keanggunan typeface Bodoni dan Didot dari abad ke-18. Caranya dengan membuat menjadi lebih lebar dan hitam. Peniruan ini dinamakan dengan Fat Face dan menjadi ciri khas era Victorian. Kemajuan teknologi juga ikut mendukung perkembangan perubahan gaya Victorian, yaitu dengan adanya cetak warna (chromolithography) di Jerman dan Amerika tahun 1870-an.



2. Art Nouveau

Gaya ini merupakan gaya desain internasional pertama yang berkembang mulai tahun 1880-an hingga era awal perang dunia pertama. Walaupun hanya berlangsung relatif singkat, namun Art Nouveau memiliki kekuatan dalam menyebarkan seni murni di masyarakat. Bahkan dianggap sebagai salah satu inovasi paling imajinatif di dalam sejarah desain oleh para kritikus saat itu.

Gaya ini sebenarnya dimulai di Inggris dan merupakan turunan langsung dari gerakan Arts and Cratfs. Desainer pada masa itu menampilkan bentuk-bentuk informal yang mengambang, desain dengan irama bergelombang, pola datar, feminin, garis-garis lengkung, gaya naturalis tumbuhan, serangga, wanita telanjang serta simbolisasi-simbolisasi yang menimbulkan kekaguman. Art Nouveau memperkenalkan unsur-unsur sensualitas ke dalam desain dan seringkali digambarkan dengan jelas.



3. Arts and Crafts

Pameran Raya pada 1851 juga membawa pengaruh di masyarakat mengenai kenyataan bahwa revolusi industri telah menekan kualitas estetika/keindahan pada barang-barang yang dihasilkan industri masa itu. Mereka berusaha mengembalikan lagi standar esetetika dengan mengembangkan sebuah gaya nasional secara terpadu. John Ruskin (1819 – 1900) seorang seniman dan kritikus mengatakan bahwa bentuk-bentuk Gothic dan ornamen merupakan obat yang paling manjur untuk menyembuhkan semua penyakit estetika modern.

Sementara William Morris (1834 – 1896) seorang arsitek dan desainer rekan Ruskin, menerapkan typeface-typeface sans serif dan menolak memakai typeface klasik Roman. Gaya ini segera menjadi pengaruh yang menentukan dari pergantian cara pikir di dalam estetika era Victorian.



4. Jugendstil

Di kota Munich, Jerman pada tahun 1896 berkembang gaya Jugendstil (yang artinya ‘gaya muda’ dalam bahasa Jerman) yang mana berkembang dari gaya cetak tradisional Jerman. Gaya ini sering menampilkan pinggiran yang keras dan memperbolehkan sentuhan pribadi seperti pada sampul majalah Jugend. Para desainer penganut gaya ini menolak menampilkan tipografi tradisional namun memakai typeface yang unik tetapi kadang sulit dibaca.



5. Beggarstaff

Pada tahun 1894 di Inggris, seorang pelukis bernama James Pryde (1866- 1941) bersama iparnya William Nicholson (1872 – 1949), yang kemudian menyebut diri mereka sebagai The Beggarstaff Brothers membuka studio untuk melayani iklan.

Ciri-ciri desain mereka adalah tanpa hiasan dan untuk menghemat waktu proses reproduksi mereka memakai silhouette. Warna yang dipakai dibatasi menjadi hanya dua atau tiga warna dasar saja. Desain-desainnya kebanyakan asimetris dengan typeface tebal untuk mengimbangi ilustrasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar